Kamis, 07 Agustus 2014

Sukses KAM di Rumah Sakit


Sukses penanganan bisnis rumah sakit

A.Manajemen Proses

            Manajemen proses didalam perusahaan seringkali melibatkan lintasan divisi lain, baik yang terkait langsung terhadap proses salesnya maupun yang tidak terkait didalam proses ini.

Dalam proses penanganan bisnis rumah sakit ini tentu pihak sales mengharapkan kerjasama yang baik dari divisi lain agar penjualan di rumah sakit dapat bertumbuh serta target collection dapat tercapai.

            Beberapa proses lebih penting dari proses lainnya karena dampaknya kritikal dan esensial bagi kesuksesan perusahaan.

            Dalam mengklasifikasikan atribut suatu proses sebagai proses inti, seyogyanya dipertimbangkan hal berikut :

-        Kepentingan strategis

Tentunya terkait dengan visi dan misi perusahaan

-        Dampak Pelanggan

Apakah berdampak semakin baik pelayanan kita

-        Lintas Sistem Fungsional (cross functional process)

Proses yang melibatkan divisi-divisi lain

     

Rangkaian kegiatan utama (primary activities) sebuah distributor, mulai dari kegiatan menerima order sampai ke penagihan adalah contoh proses inti.

Biasanya setiap perusahaan terdapat berbagai proses fungsional , seperti sales, fakturis, keuangan, kasir, gudang , ekspedisi dan sumber daya manusia.Proses yang melintasi berbagai proses fungsional ini disebut sebagai proses lintas fungsional.

Sisdur yang ketat biasanya juga terjadi pada organisasi piramida yang sangat hirarkis dan fungsional. Lapisan atas-bawah sangat banyak dan batas atau fungsi sangat ketat.

            Seorang Sales sector rumah sakit (SRH) yang gampang berjanji pada rumah sakit tanpa konsultasi dulu dengan internal bisa celaka. Kenapa? Karena orang lain dari divisi lain tidak merasa ikut berjanji karena itu tidak merasa ikut bertanggung jawab .

Pelanggan tidak akan mau tau sisdur yang ada di internal distributor, pokoknya pihak Rumah Sakit supaya mendapatkan pelayanan baik.

Dalam hal ini cross functional process harus dijalankan dengan baik semua bagian di cabang harus bekerja sama disebut Interfunctional team (Kerjasama fungsi).

Secara sederhana, kerjasama fungsi/ system  :

1.Harus ada tekanan bahwa semua fungsi memiliki sub ordinate goal yang terkait dengan peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit

2.Perubahan penilaian atas kinerja fungsi/proses.

Proporsi penilaian penanganan pelanggan khususnya rumah sakit dititikberatkan pada penciptaan nilai tambah terhadap proses pelayanan pada pembeli.

Bagaimana menciptaan kooperasi dan sekaligus kompetisi antar fungsi terutama di cabang.

Harus ada system penilaian yang bisa menampung kompetisis sekaligus memaksa bekerja sama misalnya : The best branch

 

 


Bagan 3 : Sistem Pendekatan Proses

 





Hasil

(Outcome)

pelanggan

 



Proses

Distributor

 

 



Kemampuan (Ability)

Pelanggan
                          Persyaratan                                          Persyaratan





 


                         Masukan/input                                   Keluaran/output

 

            Dengan pendekatan proses, system dapat digambarkan sebagai berikut :

1.Pelanggan (customer rumah sakit) adalah para individu yang mengharapkan barang, jasa atau keluaran diserahkan kepadanya

2.Hasil (Outcome) adalah kemampuan keluaran untuk memuaskan pelanggan.

3.Persyaratan yang bisa dilihat dari pelanggan adalah uraian keluaran yang diharapkan pelanggan.

4.Kemampuan (Ability) adalah kapasitas untuk melaksanakan berbagai tugas dan aktivitas dalam memberi masukan.

5.Proses adalah transformasi sumber daya yang diberikan oleh pemasok menjadi keluaran. Transformasi adalah tugas, aktivitas dan prosedur di dalam proses nilai tambah pada masukan dengan mengolahnya menjadi nilai tambah pada keluaran pada pelanggan.

 

 

 

 

Untuk menangani dengan baik, seorang salesman/ collector/ supervisor bahkan manager harus memahami sebuah proses aktivitas dengan tujuan efisien. Semua pekerjaan dapat dilakukan dengan sistematis.

a.Kemampuan Individu

Hanya melalui perilaku dan kinerja orang yang berubah, perubahan pada proses tertentu dapat terjadi. Seorang salesman yang baik dapat menghandle sebuah pelanggan besar seperti rumah sakit yang penuh detil dan liku-likunya, kemampuan untuk memecahkan masalah atau persoalan yang terjadi di key accountnya

b.Tata Nilai

Istilah tata nilai menunjukan pedoman prinsip dan atau perilaku untuk mewujudkan bagaimana organisasi adan anggotanya diharapkan bertindak.

Tata nilai seorang salesman  sesuai aturan dimana etika dalam melakukan pekerjaan sudah diatur secara tegas,  harus mengkedepankan rasa sosial yang tinggi, kepedulian terhadap kepentingan pasien akan obat.
Manajemen proses

Bagaimana mengatur proses (mulai dari proses standarisasi rumah sakit, PO, pembayaran, pengiriman barang dll)  dengan baik sehingga menghasilkan Hasil yang memuaskan.

 

..Ketika proses yang melibatkan divisi lain tidak berjalan semestinya sesuai alur maka yang didapatkan adalah Kehancuran…

B.Manajemen aliran Kas

            Pertumbuhan dalam bisnis rumah sakit memang lebih berbahaya bagi arus uang daripada dalam penurunan dalam bisnis. Pertumbuhan dalam penjualan segera diikuti dalam pertumbuhan dalam piutang. Pertumbuhan yang tidak dikelola merupakan ancaman serius bagi sebuah perusahaan dalam ukuran apapun.

            Perusahaan merasa senang dengan pertumbuhan bisnis di sector rumah sakit tetapi ternyata beberapa rumah sakit besar telat dalam pembayaran dari ketentuan, ketentuan 30 hari dibayarkan 90 hari mengakibatkan cash flow perusahaan ikut-ikut terimbas tidak sehat

Jagalah kewaspadaan terhadap arus kas di cabang perusahaan dengan kontrol terhadap proses pembayaran rumah sakit ke perusahaan.

Ada empat cara mengukur piutang pelanggan :

1.Yang paling besar ke yang paling kecil

Cek piutang terbesar terlebih dahulu agar bisa ditagih masuk ke bulan berjalan setelah itu baru piutang yang nilainya lebih kecil

2.Cash on delivery, 30 hari

Normalnya adalah pembelian credit 30 hari, untuk jangka waktu lain tergantung tipe bisnis.

3.Angka Penjualan harian dalam piutang

Setiap penjualan harian tentu akan jadi nilai piutang dibulan berikutnya.

 

 

4.Tingkat resiko kredit

            Alasan untuk menganalisis piutang adalah untuk mengupas persoalan-persoalan pembayaran terlambat, memperlihatkan kesulitan-kesulitan adminsitratif (seperti tagihan terselip, dokumen tidak benar dan sebagainya) mengenai sebuah piutang maupun kuantitas uang pelunasan.

Setiap kategori ukuran menyatakan perangkat respons manajemen yang berbeda. Yang paling besar sampai ke yang paling kecil menyatakan ke perusahaan dimana harus pertama kali dimulai.

Penjualan harian dalam ukuran piutang menyatakan ke perusahaan , jika efiesiensi penagihan keseluruhan sedang diperbaiki atau sedang menurun, dan tingkat evaluasi resiko akan mengindikasi pelanggan yang memerlukan perhatian khusus.

Kelambatan pola-pola pembayaran :

1.Tidak ingin membayar karena tagihan tidak benar.

Ada discount yang berbeda, ada janji dari principal dsb

2.Tidak dapat membayar karena para pelanggan tidak punya uang.

3.Tidak mau membayar karena para pelanggan mencoba untuk “licik” atau mungkin tidak etis.

 

 

 

 

 

 

 

C.Manajemen personil

            Dalam penanganan SRH melibatkan personil atau sumber daya manusia lintas divisi seperti : salesman, fakturis, sales service, administrasi, operasional, gudang dan ekspedisi sudah sewajarnya perlu focus dalam penanganan.

            Kategori fokus salesman dalam suatu organisasi menelaah system kerja organisasi ; penggunaan, pengelolaan, pengembangan salesman serta pembelajaran dan motivasi salesman atau jajaran organisasi sehingga mampu mengembangkan dan memanfaatkan seluruh potensi agar selaras dengan seluruh sasaran, strategi dan rencana kerja perusahaan.

1) Pembinaan Personil

 

Pembinaan SRH tidak hanya dilakukan oleh Supervisor saja tetapi oleh BM dan NSM

 
yang harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.

Layaknya seorang anak yang butuh perhatian orang tua , maka sales supervisor dan BM adalah orang tua salesman di kantor yang terkadang menjadi tempat pengaduan semua masalah dilapangan,

Fungsi pembinaan meliputi :

-        Kontrol harian pekerjaan SRH

-        Coaching terhadap masalah-masalah harian yang terjadi dilapangan, diupayakan semua keluhan atau permasalahan dapat diselesaikan di hari yang sama tanpa menunda-nunda

-        Motivasi terhadap performance salesman

 

Tujuan SRH Sukses

·        Menurut survey di dunia ini hanya 3% orang yang menulis apa yang menjadi tujuan hidupnya,demikian hal nya Salesman  yang mau sukses harus berani menulis dengan jelas apa tujuan hidupnya?

·        Menurut survey orang yang menulis tujuan hidupnya termasuk yang 3% tersebut diatas ,ternyata tingkat kesuksesannya 33 kali lebih sukses di banding orang yang tidak pernah menulis tujuan hidupnya.

Kunci tujuan hidup agar jadi SRH sukses,yaitu :

·        Agar menjadi Sales Sukses kita harus bisa membayangkan dengan detail jika tujuan hidupnya tercapai

·        Agar menjadi Sales sukses kita harus bisa Menuliskan tujuan hidup dengan jelas , detail dan tahu bagaimana cara mencapainya

·        Sebagai Conductor yang mengatur irama kerja divisi lain dengan baik sehingga menghasilkan alunan nada yang singkron

Tindakan SRH Sukses

·        Seorang Salesman sukses harus Focus dengan pekerjaan dan dapat mengatur dengan baik hubungan dengan divisi lain (orang lain) yang akan mengantarkannya ke tujuan hidupnya.

·        Seorang Sales sukses harus bisa Memodifikasi strategi dari perusahaan atau seniornya yang sudah sukses terlebih dahulu di sesuaikan dengan style dan karakter pribadinya.

Dan berani dengan cepat berubah jika apa-apa yang sudah dilakukan selama ini keliru atau tidak menuju jalur kesuksesan, harus menganti dengan strategi baru

·        Seorang SRH sukses harus mempunya ke Cepatan diatas rata-rata sales lain. Kecepatan dalam bekerja, kecepatan dalam menganalisa kebutuhan customer,kecepatan dalam melihat peluang, kecepatan dalam mencari prospect,kecepatan dalam melihat masalah dan memberi solusi yang tepat, dsb

·        Seorang SRH Sukses harus lebih Kreatif dari sales pada umumnya,Kreatifitas itu bisa kita lihat dari strategi yang dibuat yang mungkin dianggap tidak masuk akal lalu di modifikasi menjadi masuk akal,Salesman pada umumnya belum berpikir kesana ,tapi salesman sukses yang kreatif justru sudah melakukannya.

·        Seorang SRH lebih mementingkan kerjasama dengan semua divisi di internal sehingga bahasa yang digunakan adalah satu bahasa yakni bahasa kerjasama.

·        Seorang SRH sebenarnya adalah Junior Supervisor atau calon-calon supervisor yang dapat bekerja independent atau mandiri sehingga sebagai modal kelak ada promosi jabatan sudah biasa menghandle pekerjaan sesulit apapun.

 

 

 

2) Pembinaan Teritory

 

-        Target kerja : penjualan, tagihan dan kunjungan

Memahami harapan-harapan principal didalam mengelola bisnis rumah sakit dan yang juga dapat memuaskan pihak rumah sakit dengan keberadaan kita.

 

-        Prioritas Rute perjalanan kunjungan

 

-        Pembinaan customer relation ship yang baik kesemua bagian tidak hanya bagian pembelian dan keuangan tetapi keseluruh jaringan rumah sakit termasuk Satpam

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


 

BPJS bidik penjualan produk obat naik 15%


Adanya BPJS, Farmasi Bidik Penjualan Produk obat 15%
 Naik 15%

Farmasi Indonesia menargetkan pertumbuhan penjualan obat hingga 15% pada tahun ini menyusul ekspansi yang dilakukan sejumlah produsen besar.
sejumlah produsen obat mulai meningkatkan kapasitas produksi guna mengantisipasi meningkatnya permintaan obat pasca-beroperasinya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) bidang kesehatan pada 2014.
Beberapa perusahaan farmasi yang mulai melakukan ekspansi, a.l. Kalbe Group, PT Indofarma  dan PT Phapros.“Pada 2014-2015 itu masa transisi BPJS, tetapi banyak perusahaan yang sudah mulai menambah kapasitasnya tahun ini,”
perusahaan farmasi di Tanah Air ingin menambah kapasitas atau membangun pabrik. Namun, rencana tersebut terkendala aturan ketat Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM.Secara umum, kondisi pasar obat nasional masih cukup baik, dimana permintaan obat berlabel dan obat generic trennya meningkat.Apabila pada tahun lalu nilai penjualan obat nasional berkisar US$5 miliar, maka pada tahun ini tumbuh 13%-15%.
Secara proporsional penjualan obat masih akan tumbuh 13%-15% pada tahun ini 2014
Indonesia merupakan pasar potensial bagi industri obat dan alat kesehatan.Sejumlah indikator yang jadi patokan adalah pesatnya pertumbuhan ekonomi, peningkatan jumlah penduduk, serta membaiknya taraf ekonomi dan pendidikan masyarakat.
 
Untuk negara maju mungkin pertumbuhan industri farmasinya rendah, sekitar 3%. tapi untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia bisa 10% atau bahkan 15% hingga 2015 Terlebih dengan penerapan Undang-Undang No.36/2009 tentang Kesehatan, yang mengamanatkan peningkatan mutu dan belanja kesehatan oleh pemerintah menjadi minimal 5% mulai 2014, sebagai peluang sekaligus tantangan bagi perkembangan industri farmasi.
Tahun ini 2014 perkirakan omzet industri farmasi tembus Rp40 triliun dan 2013 bisa Rp50 triliun lebih. Tahun lalu kan sekitar Rp39 triliun.
pengusaha yang melakukan ekspansi usaha guna menyesuaikan dengan tuntutan keadaan. Hampir separuh dari sekitar 200 anggota GP Farmasi diketahui telah mengembangkan usaha, berupa pembangunan pabrik baru maupun perbaikan mutu.

 

 

3 Fenomena manajemen penjualan


3 FENOMENA MANAJEMEN PENJUALAN

 

Dalam manajemen penjualan, ada tiga fenomena sederhana yang acapkali para manager penjualan kurang perhatikan. Fenomena pertama adalah

1.     Penjualan berbanding lurus dengan sales force size. 

Tapi yang tidak dilihat adalah perbandingan lurus itu sebenarnya tidaklah linier. Artinya penjualan bisa saja naik dari waktu ke waktu tapi akan stagnan di titik tertentu. Hal ini bisa terjadi karena pasar jenuh. Penyebab keduanya adalah adanya penambahan sales force yang belum efektif karena biasanya dalam tahun pertama masih dalam tahap belajar atau carry over.

Sales itu ada dua jenis. Pertama, penjualan yang dihasilkan di tahun itu dari hasil usaha di tahun yang sama. Kedua, penjualan diperoleh dari usaha tahun-tahun sebelumnya, biasa disebut carry over. Positifnya carry over adalah penjualan dijamin stabil, tapi negatifnya jumlah account tidak ada penambahan,

Dalam fenomena pertama ini, sales force cost akan linier dengan sales yang membuat margin semakin lama semakin tipis. Sehingga bila Anda terus menambah sales force, maka tentunya margin akan semkain turun.

2.Fenomena kedua adalah menggunakan indikator sales force cost dibagi dengan total persentase penjualan. Sehingga semakin besar sales force cost, akan linier dengan sales force size.

 ada kecenderungan sales organization tidak menambah orang oleh karena adanya misleading dari indikator tersebut dan melupakan profit optimization.

3.Fenomena ketiga, penggunaan proyeksi short term dalam jangka waktu setahun. Bila Anda menggunakan jangka waktu mengukur penjualan dalam setahun sama artinya mengurangi penetrasi pasar. “Industri di Indonesia kebanyakan berpikir short term, padahal yang ideal untuk mengukur penjualan adalah dalam masa tiga tahun. Tapi bila Anda bertahan pada short term, sebaiknya jangan menambah sales force dengan risiko akan sulit berkembang

 

Rabu, 06 Agustus 2014

Sukses Bisnis Apotik

Sukses Bisnis Apotik
 
Beberapa  persyaratan  yang  harus  diperhatikan  dalam  pendirian apotek  adalah:

Lokasi dan Tempat

Jarak antara apotek tidak lagi dipersyaratkan, namun sebaiknya tetap mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan kesehatan, jumlah penduduk, dan kemampuan daya beli penduduk di sekitar lokasi apotek, kesehatan lingkungan, keamanan dan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan.

Bangunan dan Kelengkapan

Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi.

Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari :

  1. Ruang tunggu, ruang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet.
  2. Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang memenuhi syarat kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi baik, Ventilasi dan sistem sanitasi yang baik dan memenuhi syarat higienis, Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon apotek.

 

Perlengkapan Apotek

Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain:

  1. Alat pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbangan, mortir, gelas ukur dll.    Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti  lemari obat dan lemari pendingin.
  2. Wadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas.
  3. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun.
  4. Buku standar Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO, serta kumpulan peraturan per-UU yang berhubungan dengan apotek.
  5. Alat administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan resep dan lain-lain.

Prosedur perizinan apotek

Untuk mendapatkan izin apotek, APA atau apoteker pengelola apotek yang bekerjasama dengan pemilik sarana harus siap dengan tempat, perlengkapan, termasuk sediaan farmasi dan perbekalan lainnya. Surat izin apotek (SIA) adalah surat yang diberikan Menteri Kesehatan RI kepada apoteker atau apoteker bekerjasama dengan pemilik sarana untuk membuka apotek di suatu tempat tertentu.

Wewenang pemberian SIA dilimpahkan oleh Menteri Kesehatan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota wajib melaporkan pelaksanaan pemberian izin, pembekuan izin, pencairan izin, dan pencabutan izin apotek sekali setahun kepada Menteri Kesehatan dan tembusan disampaikan kepada Kepala Dinas Kesehatan Propinsi.

Sesuai dengan Keputusan MenKes RI No.1332/MenKes/SK/X/2002 Pasal 7 dan 9 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Apotek, yaitu:

  1. Permohonan izin apotek diajukan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selambat-lambatnya 6 hari setelah menerima permohonan dapat meminta bantuan teknis kepada Kepala Balai POM untuk melakukan pemeriksaan setempat terhadap kesiapan apotek untuk melakukan kegiatan.
  2. Tim Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota atau Kepala Balai POM selambat-lambatnya 6 hari kerja setelah permintaan bantuan teknis dari Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan hasil pemeriksaan.
  3. Dalam hal pemerikasaan dalam ayat (2) dan (3) tidak dilaksanakan, apoteker pemohon dapat membuat surat pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Kepala Kantor Dinas Kesehatan setempat dengan tembusan kepada Kepala Dinas Propinsi.
  4. Dalam jangka 12 hari kerja setelah diterima laporan pemeriksaan sebagaimana ayat (3) atau persyaratan ayat (4), Kepala Dinas Kesehatan setempat mengeluarkan surat izin apotek.
  5. Dalam hasil pemerikasaan tim Dinas Kesehatan setempat atau Kepala Balai POM dimaksud (3) masih belum memenuhi syarat Kepala Dinas Kesehatan setempat dalam waktu 12 hari kerja mengeluarkan surat penundaan.
  6. Terhadap surat penundaan sesuai dengan ayat (6), apoteker diberikan kesempatan untuk melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi selambat-lambatnya dalam waktu satu bulan sejak tanggal surat penundaan.
  7. Terhadap permohonan izin apotek bila tidak memenuhi persyaratan sesuai pasal (5) dan atau pasal (6), atau lokasi apotek tidak sesuai dengan permohonan, maka Kepala Dinas Kesehatan Dinas setempat dalam jangka waktu selambat-lambatnya 12 hari kerja wajib mengeluarkan surat penolakan disertai dengan alasan-alasannya.

Strategi Keuangan Apotek

Kalau Anda perhatikan pernyataan keuangan yang di bawah ini, apakah menemukan pola, kejanggalan, atau masalah lain ? Masalah keuangan, adalah masalah klasik yang seringkali menyebabkan kehancuran bisnis distribusi retail obat (apotek).



 


Blue Ocean di Bisnis Apotik


Blue Ocean di Bisnis Apotik


 


Bisnis apotek dapat dibandingkan dengan skala ritel umum atau franchise Mart yang marak mengepung masyarakat. Secara teknis bisnis, apotek membutuhkan manajemen khusus karena diferensiasi serta spesifikasi produk yang kuat pada produknya, produk kesehatan, khususnya obat.

Apotek adalah bisnis,sedangkan profesi apoteker sebagai penanggungjawabnya adalah bentuk pelayanan kesehatan. Lalu, bagaimana mewujudkan sinergi yang baik dari segi bisnis dan pelayanan ? Ya, apotek harus menjadi tempat yang nyaman, leluasa, serta ramah dengan pasien atau konsumen. Ramah, leluasa, dan nyaman ini adalah sebuah personifikasi dari tata letak, pencahayaan, serta tata ruang apotek sehingga pengunjung- yang bisa saja bukan pasien atau konsumen, melainkan pengantar atau keluarga- menjadi betah dan merasa “diterima” dengan baik.Kenapa saya menyebut tata letak pada posisi penting ? Ya, ini adalah kesan pertama yang menjadi sentuhan awal ( first touch) yang memberikan efek psikologis “lebih” dibandingkan dengan suasana yang terkesan kaku dan formal.

Selain aspek desain ruangan serta tata letak, pelayanan yang efisien- tepat guna, serta efektif- tepat sasaran untuk pengunjung- konsumen dari pihak apoteker maupun asistennya akan memberikan sentuhan personal yang membuat mereka “percaya” ( trust) dengan sistem pelayanan apotek. Sifat kepercayaan (trust) ini akan menghasilkan loyalitas ( loyalty) konsumen terhadap apotek yang bersangkutan. Senyuman manis dan pelayanan ramah, serta penjelasan yang mudah untuk dipahami oleh konsumen akan membuat konsumen merasa “diterima” dengan baik, dan tentunya, dimanusiakan.



margin high volume.

Apotek adalah bisnis yang sangat menarik dan akan senantiasa ” basah”. Dengan perhitungan bisnis yang tepat dan kuantitatif, beserta manajemen perubahan yang cepat dan responsif dengan pasar, apotek akan selalu jadi primadona. Karena dari segi marketing, apotek memiliki posisi, diferensiasi, dan apalagi bila memiliki brand kuat, bukan tidak mungkin apotek akan memiliki konsumen loyal dalam komunitas tertentu.

Jika menginginkan sebuah “benteng” bisnis yang kuat, metode pembuatan apotek “franchise” dengan menerapkan sistem jaringan seperti yang digunakan oleh sistem Mart, apotek akan jauh lebih kokoh serta responsif dengan pasar. Sebuah konsep “Drug Store” yang cerdas, lengkap, serta stok yang senantiasa mengalir cepat, tentunya adalah pilihan inovatif dalam kompetisi perapotekan yang terlihat dari grafik akan semakin ketat.

Dari grafik terlihat bahwa tren obat ethical ( dengan resep dokter) terus meningkat, berarti bahwa untuk apotek yang setara dengan bisnis skala ritel, dimana volume akan bicara banyak, prospeknya akan sangat cerah. Jika ingin memperbesar profit, maka apotek juga dapat melakukan diferensiasi dengan peletakan obat OTC ( Over The Counter/ Obat Bebas) pada tempat yang bisa dijangkau oleh konsumen, seperti layaknya swalayan, karena untuk OTC ini memang sifatnya likuid.

Apotek juga harus memainkan strategi basis data konsumen, untuk mengikat konsumen loyal, selain strategi low



Serapan pasar obat di Indonesia memang kecil, bahkan salah satu yang terkecil di Asia Tenggara. Namun potensi pasar Indonesia hampir setara dengan Cina dan India. Nah, dari grafik terlihat bahwa potensi “tidur” ini sudah mulai “terbangun”, walaupun sangat pelahan, intinya, pasar apotek adalah sebuah samudera biru yang belum terlalu banyak pemain bermain di dalamnya. Ini adalah sebuah peluang emas! Bagaimanapun, samudera merah, dengan pertarungan berdarah- darah karena pertarungan antar pemain tidak akan menyenangkan bagi penyuka kemapanan, karena dibutuhkan inovasi terus menerus beserta responsivitas tinggi terhadap pasar.

Trade off yang ada saat ini adalah, bagaimana cara membangunkan potensi pasar obat raksasa yang dimiliki oleh Indonesia ? Dan inilah yang menarik dari bisnis bukan ? High Risk High Return, always, business as usual!

Intinya adalah, bagaimana membuat sebuah wujud apotek yang humanis, bersih, ramah, serta memudahkan dan memanusiakan konsumen lengkap beserta penjelasan yang komunikatif dan memudahkan mereka mengenai produk kesehatan. Pelayanan ini harus bersama dengan sistem bisnis yang kuat, responsif dengan pasar, serta memiliki strategi brilian untuk membangunkan potensi pasar saat masih tertidur dan bersaing dengan pemain lain manakala konsumen telah tercerdaskan.